Posted by: djeecintalaut | May 30, 2010

MARINE CULTURE

Kapan Mulai?

Budidaya laut mempunyai sejarah yang panjang sejak 2.000 tahun sebelum Masehi ketika orang di Jepang memulai pemeliharaan tiram laut (oyster). Dari literatur diketahui, bahwa Cina sudah memelihara ikan di air asin sejak 475 sebelum Masehi dan budidaya tiram laut di Junani sejak 100 tahun sebelum Masehi.

Budidaya rumput laut yang menurut sejarahnya diteliti sejak abad ke 18 pada Ekspedisi Sibolga oleh pemerintah Hindia Belanda (1890-1900), berhasil mengidentifikasi kurang lebih 550 jenis rumput laut di perairan laut Indonesia.Rumput laut merupakan aset ekonomi negara yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber pangan dan sumber energi yang dapat diandalkan untuk menghasilkan devisa negara.

Untuk Budidaya rumput laut dilakukan pada saat musim kemarau bukan musim penghujan, hal ini dikarenakan dalam saat pemanenan diperlukan sinar matahari yang optimal pada saat pengeringan.

Mengapa?

Untuk mengurangi penangkapan ikan yang overfishing, dengan melakukan budidaya laut tidak hanya melakukan produksi namun menjaga kelestarian ekosistem laut, dapat menciptakan usaha dan lapangan kerja yang baru, menghasilkan komoditi ekspor dalam rangka meningkatkan devisa negara. Selain itu untuk mengefisienkan dan mengefektifkan

Pengertian:

Budidaya laut merupakan upaya rekaya lingkungan perairan untuk menghasilkan suatu komoditas atau bisa didefinisikan  sebagai upaya pengembangan potensi dari sumber daya alam dalam area terbatas baik itu terbuka ataupun tertutup

Ruang Lingkup :

Oseanografi Fisika (Gelombang, arus, pasut)

Oseanografi kimia (Suhu, pH, salinitas, mineral anorganik)

Oseanografi biologi (sebaran nutrien)

sosial – ekonomi (pemberdayaan ke masyarakat pesisir/petani, pengelolaan produksi, management pemasaran)

management lingkungan

Jenis – jenis :

Jenis-jenis teknik budidaya yaitu bagan tancap, tambak, rakit gantung

Proses Kegiatan

  • Pre-Budidaya

1. SDM

Ini adalah hal terpenting yang harus dipikirkan apabila kita ingin melakukan suatu kegiatan budidaya laut ini, karena tanpa sumber daya manusia yang ada mustahil kita bisa melakukan budidaya. Biasanya SDM yang kita manfaatkan adalah warga sekitar lokasi budidaya berada yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi mereka. Dalam hal ini SDM yang di perlukan untuk budidaya rumput laut sekitar 10 orang untuk manajemen, 10 orang untuk urusan teknis dalam budidaya, dan 10 orang untuk urusan produksi rumput laut skala menengah, lalu bagian administrasi 10, total SDM yang di perlukan sekitar 40 orang.

2. Modal

Dalam melakukan budidaya laut diperlukan modal yang tidak sedikit, sehingga diperlukan kejelian dan manajemen yang baik agar bisa mendapatkan modal yang cukup untuk melakukan budidaya laut, karena biasanya pihak yang meminjamkan modal ( bank, koperasi, swasta ) menginginkan proposal pengajuan modal yang real dan sesuai dengan apa yang akan dilakukan saat budidaya nanti

3. Jenis Organisme yang akan dibudidayakan

Jenis organisme yang akan dibudayakan adalah rumput laut jenis eucheuma sp, jenis ini sebelumnya sudah banyak di budidayakan oleh masyarakat, sehingga kita tidak usah lagi mencari refrensi tentang budidaya Euchema sp, cukup mengumpulkan data dari nelayan yang pernah berbudidaya jenis rumput laut ini.

4. LokasiTeknik / Metode

Penanaman metode Rakit Apung adalh metode yang tepat untuk budidaya rumput laut ini. Penanaman dengan metoda rakit ini menggunakan rakit apung yang terbuat dari bambu berukuran antara (2,5 x 2,5 ) meter persegi sampai (7 x 7) meter persegi tergantung pada kesediaan bahan bambu yang dipergunakan. Untuk penahanan supaya rakit tidak hanyut terbawa arus, digunakan jangkar sebagai penahanan atau diikat pata patok kayu yang ditancapkan di dasar laut . Pemasangan tali dan patok harus memperhitungkan faktor ombak, arus dan pasang surut air. Metoda rakit cocok untuk lokasi dengan kedalaman 60 cm.

  • Budidaya
  1. Monotoring organisme, bibit, alat rekonstruksi, lingkungan

Penyediaan benih Eucheuma sp relatif mudah, karena tersebar di sepanjang perairan pantai dan dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif.

Di dalam usaha budidaya bibit yang baik merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi, karena akan menyangkut segi pemasaran dan kelangsungan usaha budidaya itu sendiri, sehingga tidak akan merugikan petani/nelayan karena kandungan biota karagenan yang rendah diperlukan persyaratan bibit sebagai berikut :

  1. Mempunyai angka pertumbuhan harian baik, yang menyangkut masa panen produksi yang menguntungkan.
  2. Keadaan biologi yang baik sehingga mempunyai kadar kandungan yang karagenan yang tinggi yang nantinya akan merupakan jaminan pemasaran yang baik.

Ciri bibit yang baik :
1. Bibit tanaman harus muda
2. Bersih dan
3. Segar.

  1. Pembesaran
  • Pasca-Budidaya
  1. Panen

Setelah melakukan kegiatan budidaya rumput laut jenis Eucheuma sp, kegiatan panen merupakan kegiatan akhir dalam kegiatan budidaya ini dimana rumput laut siap dipanen pada umur 1 – 1.5 bulan setelah tanam.

Untuk panen budidaya rumput laut ini, rumpu laut harus dikeringkan terlebih dahulu, sehingga sebaiknya panen dilakukan pada pagi hari.Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan kualitas sebelum dijemur kembali keesokan harinya.(Anonim.2010)

2. Pasca Panen

Penanganan Pasca Panen

Penanganan pasca panen pada budidaya rumput laut ini meliputi pencucian, pengeringan, pembersihan kotoran atau garam (sortasi), pengepakan, pengangkutan, penyimpanan, serta pemasaran.

  1. Pencucian

Untuk rumput laut jenis Eucheuma sp dicuci dengan air laut sebelum diangkat kedarat.

2. Pengeringan

Pengeringan disini dilakukan dengan menjemur tanpa bantuan alat, hal ini dikarenakan lebih praktis dan murah.Rumput laut yang sudah dicuci dijemur di atas bamboo atau plastic sehingga tidak terkontaminasi oleh tanah maupun pasir.Pada kondisi panas matahari yang optimal, rumput laut akan kering dalam waktu 3-4 hari.Rumput laut tidak boleh terkena air tawar, baik air hujan maupun air embun.

3. Pembersihan Kotoran / garam (sortasi)

Dalam membersihkan kotoran yang masih menempel dilakukan Pengayakan menempel. Sortasi adalah pembuangan kotoran yang menempel dan rumput laut jenis lain yang tidak dikehendaki.

4. Pengepakan

5. Pengakutan

6. Penyimpanan

7. Pemasaran

Nama anggota kelompok :

Shifa Dini  Fitriani   230210080004

Dwijayanti Arum Sari 230210080036

Rama Wijaya 230210080050

Indriani 230210080061

Furkon 230210080062

Posted by: djeecintalaut | April 12, 2010

Ekologi Laut Tropis

Arum, D. 2010 . Ekologi Laut Tropis. https://djeecintalaut.wordpress.com/2010/04/12/ekologi-laut-tropis/

Hadis, S. 2010. Daftar Istilah Ekologi Laut Tropis. http://satriokelautan.wordpress.com/2010/04/12/ekologi-laut-tropis/

Permasalahan Ekologi dimana adanya hubungan makhluk hidup. Istilah ekologi, pertama kali digunakan oleh Arnest Haeckel , pada pertengahan 1860-an. Pada dasarnya ekologi mempunyai konsep yaitu: biotik,abiotik,ekosistem,hukum termodinamika I,hukum Termodinamika II, siklus biogeokimia, dan faktor pembatas. Ekologi Laut Tropis identik dengan Lingkungan Hidup Bahari, dimana semua proses ekologi dan interaksi makhluk hidupnya yang terdapat pada Laut Tropik.

Laut tropik mempunyai karakteristik yang khas, yaitu :

  • Variasi produktivitas yang berbeda dengan laut subtropik, laut kutub. Dimana kondisi optimal bagi produksi fitplankton dan konstant sepanjang tahun.
  • Secara umum biota yang hidup pada laut tropik terdiri dari algae, herbivora, penyaring, predator dan predator  tertinggi.
  • Predator tertinggi pada laut tropik (tuna, lanset fish, setuhuk, hiu sedang dan hiu besar), predator lainnya: cumi-cumi, lumba-lumba.

Dalam suatu ekologi terdapat sebuah sistem yang terbentuk akibat hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang dikenal dengan ekosistem.  Interaksi terjadi dalam ekosistem  karena:

aliran energy

siklus materi

Suatu ekosistem dibentuk oleh berbagai komponen, yaitu abiotik dan biotik. Komponen abiotik : air, gas, tanah. Komponen biotik : bakteri, plankton, benthos, ikan. Dalam Ekosistem, dikenal beberapa istilah yaitu produsen, konsumen, decomposer, populasi, Komunitas, Individu, relung niche, dan lain sebagainya.

Relung (niche), tidak hanya meliputi ruang/tempat yang ditinggali organisme, tetapi juga peranannya dalam komunitas, dan posisinya pada gradient lingkungan: temperatur, kelembaban, pH, tanah dan kondisi lain, tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan organisme termasuk mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain.Relung (niche) diperlukan sebagai landasan untuk untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama, mengetahui tentang kepadatan populasi, metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik terhadap organisme, pengaruh organisme yang satu terhadap yang lainnya.

Dalam konsep relung (niche) terdapat hukum interaksi yang berlaku pada suatu ekosistem, yaitu:

Suksesi

Suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang yang berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.

Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks. Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

Faktor pembatas dalam Ekologi Laut Tropis

  • Beberapa faktor dalam proses kehidupan dan kegiatan makhluk hidup seperti cahaya, suhu atau nutrien dalam jumlah minimum dan maksimum.
  • Dalam ekologi tumbuhan faktor lingkungan sebagai faktor ekologi dapat dianalisis menurut bermacam-macam faktor. Satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut dikatakan penting jika dapat mempengaruhi atau dibutuhkan, bila terdapat pada taraf minimum, maksimum atau optimum menurut batas-batas toleransinya .
  • Tumbuhan untuk dapat hidup dan tumbuh dengan baik membutuhkan sejumlah nutrien tertentu (misalnya unsur-unsur nitrat dan fosfat) dalam jumlah minimum. Dalam hal ini unsur-unsur tersebut sebagai faktor ekologi berperan sebagai faktor pembatas.
  • Faktor-faktor lingkungan penting yang berperan sebagai sifat toleransi faktor pembatas minimum dan faktor pembatas maksimum.
  • Pada dasarnya secara alami kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-unsur faktor lingkungan tertentu (seperti nutrien, suhu udara) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor lingkungan.

Makluk yang hidup atau mati tersusun oleh materi ,dimana didalam  suatu ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk hidup dan batuan (geofisik). Dengan berlangsungnya siklus ini sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.

Macam-macam Daur Biogeokimia


Sebagian besar uap air di atmosfer berasal dari laut karena laut mencapai tiga perempat luas permukaan bumi. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan laut dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk air permukaan tanah dan air tanah.Tumbuhan darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Kemudian melalui tranpirasi uap air dilepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer. Transpirasi oleh tumbuhan mencakup 90% penguapan pada ekosistem darat. Hewan memperoleh air langsung dari air permukaan serta dari tumbuhan dan hewan yang dimakan.Air tanah dan air permukaan sebagian mengalir ke sungai, kemudian ke danau dan ke laut. Siklus ini di sebut Siklus Panjang. Sedangkan siklus yang dimulai dengan proses Transpirasi dan Evapotranspirasi dari air yang terdapat di permukaan bumi, lalu diikuti oleh Presipitasi atau turunnya air ke permukaan bumi disebut Siklus Pendek.

Daur Nitrogen


Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.dalam siklus nitrogen terjadi dua tahap:

Tahap pertama

Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen ini dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Sedangkan di laut ganggang hijau biru memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.

Tahap kedua

Jika tumbuhan atau hewan mati, maka pengurai akan merombaknya menjadi gas,disebut proses amonifikasi

Nitrat yang digunakan oleh produsen (tumbuhan)       →         molekul protein.

↓   (Jika tumbuhan atau hewan mati, maka pengurai akan merombaknya menjadi gas,disebut proses amonifikasi)

amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+)

senyawa ammonium       →        nitrat (oleh  Nitrobacter)

Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.



karbon diambil dari atmofser dalam berbagai cara :

Tumbuhan melakukan proses fotosintesis dimana, unsure ini sangat penting dalam berlangsungnya fotosintesis,karena dapat mengubah karbon oksida menjadi senyawa yang lebih kompleks yaitu karbohidrat.

Di permukaan laut

Di suhu air yang lebih dingin akan menyerap karbon lebih baik daripada suhu permukaan laut yang hangat.

Karbon dapat dikembalikan lagi ke atmofser dengan cara:

Melalui pernafasan(respirasi) oleh beberapa konsumen tingkat I/II.

Melaui Pembusukan binatang/tumbuhan oleh decomposer,mengurai senyawa karbon menjadi karbondioksida jika tersedia oksigen ,atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen.

Pembakaran fosil seperti batubara


Fosfor salah satu dari siklus biogeokimia, fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-).  dimana, fosfor di alam terdapat dalam dua bentuk, yakni fosfat anorganik dan fosfat organik.

PENGELOLAAN SUMBER DAYA WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN SECARA TERPADU

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau (17.500),dengan wilayah laut serta pesisirnya (3,1 km2 dan ZEE  2,7 km2 ).Wilayah laut dan pesisir adalah kawasan yang sangat penting bagi sebagian besar penduduk di Indonesia(Dahuri,1995).Wilayah laut dan Pesisir Indonesia merupakan kawasan yang penting untuk lingkungan hidup didunia. Indonesia diakui sebagai pusat keragaman hayati dunia untuk biota – biota laut dan pesisir,termasuk terumbu karang, mangrove, dan lamun,yang merupakan perairan khas laut tropis.(Tomasick et al,1997). Vegetasi khas tropis seperti mangrove ini di hampir 30% di dunia berada di Indonesia.Diperkirakan 75.000 km2 atau 14% dari luas terumbu karang yang ada di duni hidup di perairan Indonesia (Cesar,1996).Wilayah laut dan pesisir Indonesia juga ditumbuhi kurang lebih 15 dari 52 jenis lamun (sea grass) yang ada di dunia(Kuriandewa,2003).

Sebelum membahas ekosistem khusus perairan laut tropis (mangrove,terumbu karang,dan lamun)sebaiknya mengetahui konsep pengelolahan pesisir dan laut agar tetap terjaga kelestariannya ada beberapa  Konsep pengelolaan wilayah pesisir dan lautan

Dikenal juga dengan terminologi:

–          Integrated Coastal Zone Management (ICZM)

–          Integrated Coastal Zona Planning and Management

–          Integrated Coastal Management

–          Integrated Coastal Resources Management

–          Coastal Zone Resources Management

–          Coastal Resources Management

–          Coastal Zone Management

Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem Terumbu karang merupakan ekosistem yang berkembang baik di laut tropis, dengan suhu air yang berkisar anatara 23 -32 derajat celcius,dengan kondisi perairan yang jernih.Di Indonesia  Luas terumbu karang diperkirakan mencapai 60.000 km2, namun hanya 6,2% saja yang kondisinya baik.Tekanan terhadap keberadaan terumbu karang sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan manusia diantaranya;

  • Pencemaran minyak dan industri, kegiatan manusia ini menyebabkan kondisi perairan terumbu karang tercemar,yang seharusnya dimana kondisi terumbu karang yang baik jika kondisi perairan tersebut dalam kondisi jernih.
  • Sedimentasi akibat erosi, penebangan hutan, pengerukan dan penambangan karang,
  • Peningkatan suhu permukaan laut,atau bisa disebut dengan global warming ini menyebabkan naiknya muka laut karena mencairnya es di kutub, dimana terumbu karang tidak bisa mentoleransi  Kedalaman perairan yang seharusnya kurang dari 40 m, dan dampaknya terhadap karang terjadi proses bleaching coral.
  • Buangan limbah panas dari pembangkit tenaga listrik
  • Pencemaran limbah domestik dan kelimpahan nutrien
  • Penggunaan sianida dan bahan peledak untuk menangkap ikan
  • Perusakan akibat jangkar kapal

Jika kerusakan tersebut berlangsung secara terus menerus ekosistem terumbu karang tidak lagi berperan penting sebagai feeding ground, fishing ground, spawning ground and nursery ground,terjadinya pengikisan pantai (abrasi), Sebagai penyerap karbondioksida,dan sebagai pengendap kalsium yang mengalir dari sungai ke laut . Hal ini menyebabkan terumbu karang tidak lagi Sebagai daya tarik wisata bahari.

Ekosistem Padang Lamun

Lamun merupakan satu – satunya tumbuhan berbunga yang beradaptasi hidup terbenam dalam laut. Dan merupakan salah satu ekosistem khas laut tropis.Seperti tumbuhan lain Lamun terdiri dari atas akar, daun dan tangkai-tangkai merayap (rhoizome). Lamun hidup pada perairan dangkal yang agak berpasir.Lamun hidup di lingkungan pengaruh ombak,sedimentasi,pasang surut,dan curah hujan.Fungsi ekologi yang penting yaitu sebagai feeding ground, spawning ground dan nursery ground beberapa jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong, sebagai peredam arus sehingga perairan dan sekitarnya menjadi tenang.

Ancaman Terhadap Padang Lamun

  • Pengerukan dan pengurugan dari aktivitas pembangunan (pemukiman pinggir laut, pelabuhan, industri dan saluran navigasi)
  • Pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin
  • Pembuangan sampah organik
  • Pencemaran limbah pertanian
  • Pencemaran minyak dan industri

Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove merupakan sejumlah komunitas tumbuhan khas pantai tropis yang didominasi oleh pohon dan semak tumbuhan bunga (angiospermae). Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka dan khas di dunia, karena luasnya hanya 2% permukaan bumi. Indonesia merupakan kawasan ekosistem mangrove terluas di dunia. Karakteristik habitat yang menonjol di daerah hutan mangrove diantaranya adalah jenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir, lahan tergenang air laut secara periodik, menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat seperti dari sungai, mata air dan air tanah, airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas sekitar 38 ppt (Nirarita et al, 1996). Umumnya tumbuh subur di daerah pantai yang landai di dekat muara sungai dan pantai yang terlindung dari kekuatan gelombang.

Ekosistem ini memiliki peranan sosial-ekonomi dan ekologi yang sangat penting. Fungsi ekologi hutan mangrove meliputi tempat remediasi bahan pencemar, menjaga stabilitas pantai dari erosi, intrusi air laut, dan tekanan badai, menjaga kealamian habitat, menjadi tempat bersarang, tempat daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makanan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang, burung dan fauna lain, pembentuk daratan, serta memiliki fungsi sosial sebagai areal konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas budaya.

Ancaman terhadap Mangrove;

  • Pencemaran minyak
  • Konservasi menjasi lahan pertanian dan perikanan
  • Pembuangan sampah padat
  • Penambangan
  • Ilegal Loging

Dwijayanti, 2010. Rantai Makanan Ekosistem Terumbu Karang Di Kabupaten Karawang. https://djeecintalaut.wordpress.com/2010/03/28/

(Terumbu Karang)

Terumbu karang merupakan sebuah ekosistem yang terdapat di laut yang penghuni utamanya karang batu, hidupnya menempel pada substrat batu atau dasar yang keras dan berkelompok membentuk koloni yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae menghasilkan kalsium karbonat (CaCO3) menjadi terumbu, mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Karang termasuk kelompok hewan (bukan kelompok tumbuhan) yang tergolong dalam Filum Cnidaria dan Ordo Scleractina, walaupun karang merupakan jenis hewan, biota ini tidak dapat bergerak atau berpindah dan tergolong sebagai biota menetap atau sesille. (supriharyono,2000).   Terumbu karang tersebar di perairan tropis antara 30°LS-30°LU pada suhu perairan hangat sekitar 18-34°C (optimalnya 26-30°C), hal ini sesuai dengan kondisi  di Kabupaten Karawang yang merupakan daerah dataran rendah dengan temperatur udara yang cukup panas antara 24-36C (BPS Karawang, 2006).

Berbagai jenis makhluk hidup yang ada di ekosistem terumbu karang saling berinteraksi satu sama lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, membentuk suatu sistem kehidupan.  Secara umum interaksi yang terjadi di ekosistem terumbu karang terbagi atas interaksi yang sifatnya sederhana, hanya melibatkan dua jenis biota (dari spesies yang sama atau berbeda), dan interaksi yang bersifat kompleks karena melibatkan biota dari berbagai spesies dan tingkatan trofik.  Namun yang akan dibahas disini interaksi yang bersifat kompleks

Rantai makanan pada ekosistem terumbu karang

Ekosistem terumbu karang mempunyai sebuah interaksi antar makhluk yang hidup pada sebuah rantai makanan, umumnya sebuah rantai makanan (food chain) memiliki produsen, konsumen, serta decomposer (pengurai).  Pada rantai makanan (food chain) di ekosistem terumbu karang terdapat produsen (penghasil/pembuat makanan) yaitu produsen utama, atau tumbuhan autotrof(penghasil makanan sendiri), produsen merupakan dasar dari semua rantai makanan. Tumbuhan autotrof mampu mensintesis senyawa organik kompleks seperti glukosa dari kombinasi molekul anorganik sederhana dan energi cahaya dalam proses yang dikenal sebagai fotosintesis. Hasil dari fotosintetis ini digunakan untuk proses metabolisme. Fitoplankton, zooxanthalae(alga yang hidup pada lubang polip terumbu karang),rumput laut(sea weed), alga merah biasa memproduksi hasil metabolisme dari proses fotosintesis yang hasilnya akan dikonsumsi oleh tingkat konsumen pertama yang dihuni oleh organisme seperti : Zooplankton, bivalves, gastropods, tunicita, spons, ikan kecil,landak laut.

Pada konsumen tingkat pertama merupakan hewan herbivora yakni pemakan tumbuh-tumbuhan yang berasal dari produsen seperti alga, rumput laut(sea weed), fitoplankton, serta zooxanthalae. Organisme pada konsumen tingkat pertama yaitu : Zooplankton, larva inverterbarta, bivalves, gastropods, tunicita, spons, ikan kecil, serta landak laut. Para organisme ini memanfaatkan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup di laut maupun zooxanthalae untuk menjadi bahan-bahan makanannya. Pada konsumen tingkat kedua merupakan hewan karnivora yakni pemakan hewan atau daging, biasanya memangsa konsumen tingkat pertama seperti zooplankton, larva invertebrate (larva udang), dll. Organisme pada konsumen  tingkat kedua yaitu : Moluska, krustacea, tiggerfish, lobster,s hrimp kupu-kupu (Butterfly fish). Pada konsumen tingkat ketiga merupakan hewan tingkat tertinggi dalam rantai makanan, biasanya memangsa konsumen tingkat kedua. Pada konsumen tingkat ketiga terdapat organisme seperti : Ikan Hiu, dan ikan – ikan karnivor lainnya. Semua organisme baik itu produsen, konsumen tingkat pertama, kedua, dan ketiga apabila mati akan terurai oleh decomposer ( bakteri dan fungi). Serta decomposer akan menghasilkan nutrient yang diperlukan oleh produsen dan akan membentuk rantai makanan kembali.

Potensi terumbu karang di Kabupaten Karawang tergolong kecil. Yang masih bisa diamati adalah terumbu karang di lepas pantai Pasir Putih Kecamatan Cilamaya Kulon. Luas terumbu karang diperkirakan sebesar 1.878 ha di mana separuh luasan kondisinya sudah rusak berat. Potensi terumbu karang ini terletak pada jarak lebih kurang 2-4 mil laut dan kedalaman 3-8 meter. Jenis terumbu karang yang dijumpai di daerah ini adalah acropora dan porifera (sponge) yang membentuk gugusan gosong terumbu karang (patch reef).

Jenis Terumbu karang yang terdapat di Kabupaten Karawang

(acropora sp) (sponge)                         (patch reef)

Potensi lainnya terdapat di sekitar pantai Ciparage Kecamatan Tempuran seluas 131,4 ha dan pantai Desa Sukajaya Kecamatan Cilamaya Kulon seluas 82,07 ha. Kondisi terumbu karang di kedua lokasi tersebut sudah rusak berat (mati).

Tabel : Potensi Terumbu Karang di Kabupaten Karawang

NO Kecamatan Desa Potensi Terumbu Karang
Baik(ha) Rusak(ha) Total(ha)
1 Tempuran Ciparagejaya 131,4 131,4
2 Cilamaya Kulon Pasirjaya 939 939 1.878
3 Cilamaya Kulon Sukajaya 82,07 82,07
Jumlah 939 1.152,47 2.091,47

Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Karawang, 2001

Dari tabel yang sudah dipaparkan diatas, Kondisi karang-karang di kabupaten Karawang  sebagian besar telah mati,bahkan di daerah kecamatan tempura dan cimalaya kulon desa sukajaya dalam keadaan rusak hal ini  dikarenakan oleh karena factor alam dan kegiatan manusia, contohnya karena factor alam kondisi lingkungan yang tidak mendukung seperti sedimentasi yang tinggi dan abrasi, sedangkan karna factor kegiatan manusia ulah nelayan luar daerah yang menangkap ikan menggunakan bahan peledak.

Gambar Citra satelit yang menunjukkan daerah terumbu karang, gosong pasir dan pola arus di pantai Karawang

Sumber: Citra Landsat 2001 dan Citra ASTER 2003

Lingkaran biru adalah daerah terumbu karang, lingkaran kuning adalah gosong pasir dan garis hijau adalah batas administrasi berdasarkan Peta RBI 1995.

Rujukan Bacaan

Anonim.2010.Laporan Kegiatan Pesisir Kabupaten Karawang. http ://www.pdfqueen.com/pdf/pr/profil-kawasan-pesisir/5

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang. 2003, 2006, 2007. Karawang Dalam Angka 2003, 2006,  2007. Kerjasama Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Karawang dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang. Karawang.

Supriharyono, 2000. Pengelolaan ekosistem terumbu karang. Penerbit Djambatan. Jakarta. h 2-10

Disusun oleh:

Satrio Hadisnugroho  230210080028

Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran yang dilahirkan pada tanggal 14 Desember, anak pertama dari seorang pedagang kecil  yang telah menempuh pendidikan di SMPN 14 dan SMAN 2 Bandung. Hobinya adalah memasak, travelling ke pantai, entrepreuneur sejati, serta sangat interest di bidang Marine Culture.

Dwijayanti Arum Sari  230210080036

Penulis merupakan mahasiswi Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran yang dilahirkan di kota Banjarnegara pada tanggal 20 Januari yang telah mengenyam pendidikan di SMA PB Soedirman Bekasi. Menyukai bidang Marine Biology terutama di bidang Konservasi.

Marine Ecology

Ilmu Kelautan UNPAD 2010

Posted by: djeecintalaut | December 23, 2009

PERUBAHAN IKLIM MEMPENGARUHI TERUMBU KARANG

Berbicara masalah Perubahan Iklim merupakan masalah yang lumayan rumit, akhir-akhir ini banyak wacana yang terus membahas mengenai perubahan iklim (Climate Change). Perubahan iklim merupakan siklus gejala alam yang biasa terjadi perlahan-lahan sekitar 50-100 tahun , namun seiring dengan perkembangan industri, serta konsumsi bahan bakar yang mengalami peningakatan setiap tahun, dan pengeluaran gas emisi karbon di atmosfer, perubahan iklim kini dirasakan dampaknya lebih awal. Akibat dari perubahan iklim, dalam beberapa tahun mendatang Indonesia akan mengalami krisis air, kemarau panjang, bencana banjir, kekurangan pangan, tenggelamnya banyak pulau serta meningkatnya penyakit malaria dan demam berdarah yang terjadi di seluruh Indonesia.
Perubahan iklim pun mulai dirasakan pada sektor ekonomi, sektor pangan, sektor pariwisata,bahkan ekosistem laut pun mulai merasakan dari dampak perubahan iklim, salah satunya ekosistem terumbu karang.

Ekosistem terumbu karang (Coral reef) merupakan ekosistem laut yang berperan dalam penyerapan karbon pun mulai merasakan dari dampak perubahan iklim. Terumbu karang di Indonesia terdapat 250-450 jenis (ekosistem terbesar di dunia)dan memiliki Luas Tutupan : 85.700 Km2 yang terbagi dalam 6,5 % dalam ‘kondisi baik’serta 93,5 % ‘keadaan RUSAK’.Terumbu karang di dunia terancam habis karena emisi karbondioksida. Jika dibiarkan 20 tahun mendatang akan hilang.

Beberapa manfaat dari terumbu karang itu sendiri:

  • merupakan tempat mencari makanan dan daerah asuhan bagi ikan
  • sebagai hasil tangkapan nelayan, beberapa ikan komersial yaitu ikan kerapu dan ikan baronang
  • sebagai pelindung pantai dari ombak dan gelombang laut
  • sebagai wisata bahari

Perubahan iklim menyebabkan suhu menjadi lebih hangat serta menyebabkan es di kutub utara mencair dan meningkatkan kenaikan muka air laut dimana zooxanthellae yang bersimbiosis dengan karang tidak cukup mendapatkan paparan  sinar matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis yang dimana hasilnya dimanfaatkan bagi karang untuk mendapatkan nutrien. Meningkatnya CO2 ( karbon dioksida ) di atmofser yang hampir lebih 50% diserap lautan dapat menurunkan pH air laut.
Perubahan iklim juga menyebabkan perubahan kimiawi laut, dimana pH permukaan laut telah menurun sekitar 0.1 unit dan saat ini (prediksi saat ini sekitar 0.25-0.33 pH per unit bahkan mendekati 0.4) (Key et al 2004, Orr et al 2005, Harley et al 2006, Solomon et al 2007). meningkatnya kandungan CO2 pada laut juga menyebabkan mengurangnya ion carbonate. Menurunya pH dan kandungan ion carbonate ini bersama – sama   menyebabkan terhambatnya pertumbuhan karang dalam membentuk kerangka yang menjadi keras pada Hard Coral,  pertumbuhan ini menjadi struktur karang menjadi tipis dan rapuh.

Menurut Sumich (1992) menjelaskan bahwa adanya proses fotosintesa oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut: Ca (HCO3) <-> CaCO3 + H2CO3<-> H2O + CO2

Fotosintesa oleh algae yang bersimbiose membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposist cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.peran simbiosis ini saling menguntungkan antara karang dengan zooxanthallae tersebut, dimana zooxanthallae mendapatkan zat anorganik yang terdapat di karang untuk melakukan fotosintesis.

Kondisi terumbu karang di dunia termasuk Indonesia terus mengalami kondisi yang memburuk karena temperatur/suhu di laut yang makin menghangat, pH yang tidak stabil dan perubahan pola angin. Kondisi tersebut mendorong terjadinya pemutihan karang (bleaching coral) massal, terjadinya bleaching coral adalah dimana zooxanthallae yang besimbiosis dengan karang lepas. Zooxanthallae ini  juga yang menyebabkan bewarna-warninya pada terumbu karang menjadi lebih indah ,jika lepas meyebabkan karang menjadi putih. dan pengasaman air laut(acidification sea water) di masa yang akan datang sehingga akan mengancam pemulihan dan pertumbuhan terumbu karang ke depan.
Naiknya suhu permukaan laut yang diakibatkan oleh perubahan iklim diperkirakan akan berdampak jauh berbeda dibandingkan dengan perubahan-perubahan yang telah terjadi dalam 400.000 tahun terakhir. Para ahli iklim di dunia meramalkan akan naiknya suhu permukaan laut secara global antara 1,4-5,8ºC di akhir tahun 2100, mengakibatkan pemutihan karang yang sedianya sudah dapat terjadi ketika suhu musim panas lebih tinggi 1- 2ºC dari biasanya terjadi dalam skala besar-besaran dan dengan interval yang lebih sering. Dalam 30 tahun mendatang mereka juga meramalkan pemutihan terumbu karang dapat terulang tiap tahunnya di sebagian besar wilayah laut tropis dunia.

Menurut laporan greenpeace di Bali,”Pada akhirnya, keberlangsungan hidup terumbu karang di Bali dan wilayah tropis lainnya tergantung pada dapat dihindarinya bencana-bencana yang diakibatkan oleh fenomena perubahan iklim. Satu-satunya jalan untuk mencapai hal itu adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan aktivitas-aktivitas manusia, khususnya dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara dan minyak bumi penyebab sebagian besar emisi itu,” ungkap Nur Hidayati, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Se-Asia Tenggara.
Dampak perubahan iklim terhadap terumbu karang pun mengancam keberlanjutan ketersediaan pangan dan akan memaksa masyarakat di daerah pesisir berpindah karena kehilangan sumber makanan dan sumber pendapatan.
Studi yang dilakukan World Wildlife Fund (WWF) Internasional juga menyebutkan bahwa jika dunia tidak mengambil tindakan efektif untuk menekan dampak perubahan iklim maka kawasan terumbu karang di Segitiga Karang (Coral Triangle) akan hilang pada akhir abad ini. Hal itu membuat kemampuan daerah pesisir untuk menghidupi populasi di daerah sekitarnya akan berkurang 80 persen.
Menurut Direktur Jenderal WWF Internasional James Leape di sela Konferensi Kelautan Dunia (WOC) mengatakan,”Hal itu bisa terjadi karena keberadaan terumbu karang sangat memengaruhi kelangsungan ekosistem laut, termasuk kehidupan sumber daya hayati di dalamnya”. Segitiga Karang yang meliputi kawasan Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste mencakup 30 persen dari terumbu karang di dunia dan 76 persen dari spesies karang yang membentuknya merupakan tempat bertelur jenis ikan strategis, seperti ikan tuna.
“Jika terumbu karang, mangrove dan rumput laut dibiarkan rusak dan tidak diperhatikan, sumber daya hayati laut yang tersisa untuk dinikmati akan tinggal 10 persen dari yang ada sekarang,” kata Prof Ove Hoegh-Guldberg dari University of Queesnsland di Manado, di sela Konferensi Kelautan Dunia (WOC).
Pemerintah dan para instasi yang terkait harus serius menangani dampak perubahan iklim terhadap terumbu karang. Melalui upaya-upaya pengenalan pengetahuan dari dampak perubahan iklim kepada masyarakat, dimulai dari usia anak-anak hingga orang dewasa mampu mengetahui dan memahami serta menyadari dari dampak perubahan iklim. Jika tidak anak cucu kita yang merasakan dari dampak perubahan iklim yang berkepanjangan ini…

Dwijayanti Arum Sari

230210080036

Program Studi Ilmu Kelautan UNPAD

Referensi :

http://www.wwf.or.id

http://http://www.terangi.or.id/

http://Netsains.Com

Categories